27 Sep 2011

Marah untuk Apa

Apakah aku harus marah (terprovokasi) ketika mendengar agamaku dihina. Aku tak mau marah. Yang kusembah bukan agama, tapi Tuhan.

Apakah aku harus marah (terprovokasi) ketika mendengar kitab suciku dibakar. Aku tak mau marah. Yang kusembah bukan kitab suci, tapi Tuhan.

Apakah aku harus marah (terprovokasi) ketika mendengar tempat ibadahku dibom. Aku tak mau marah. Yang kusembah bukan tempat ibadah, tapi Tuhan.

Apakah aku harus marah (terprovokasi) ketika mendengar surga diilustrasikan dengan cita-rasa maskulin. Aku tak mau marah. Yang kusembah bukan surga, tapi Tuhan.

Agama itu fungsional. Bisa menjawab tantanganku di masa kini dan masa depan.

Bagaimana aku mengaku beragama dan di saat yang sama aku masih bisa marah-marah (terprovokasi).

Bagaimana aku mengaku beragama dan di saat yang sama aku masih suka berbohong.

Bagaimana aku mengaku beragama dan di saat yang sama aku masih menyimpan sombong.

Bagaimana aku mengaku beragama dan di saat yang sama aku masih bisa iri dengki.

Lalu apa fungsi agama buatku kalau aku masih seperti itu.

Agama adalah jalan untuk memperkenalkanku dengan Tuhan.

Aku sibuk mengenal Tuhan yang jauh di sana, aku lupa mengenal Tuhan yang sedekat urat leherku di sini.


Kalau aku tidak mengenal Tuhan, lalu apa fungsi agama buatku.

Tuhan itu satu.

Masih adakah yang menjadi kerisauan bagiku.

sumber: http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/09/27/marah-untuk-apa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar